Sejarah AED Defibrilator, Si Penyelamat Banyak Nyawa

Sejarah AED Defibrilator, Si Penyelamat Banyak Nyawa

24 February 2022

Mungkin ada diantara kita yang bertanya - tanya, mengapa alat yang menyalurkan energi listrik dapat menyelamatkan nyawa seseorang? Konsep ini berbeda dari apa yang kita sadari bahwa sengatan listrik dapat mencelakakan seseorang, bahkan menyebabkan kematian. Keajaiban dalam ilmu medis ini terdapat dalam alat yang bernama defibrilator. Defibrilator adalah stimulator detak jantung yang menggunakan listrik dengan tegangan tinggi untuk memulihkan korban henti jantung. Defibrilator untuk pertama kali dikenalkan pada tahun 1899 oleh Jean-Louis Prevost dan Frédéric Batelli. Dua ahli Fisiologi dari Universitas Geneva, Swiss ini menemukan fakta bahwa sengatan listrik dengan energi kecil dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel pada seekor anjing.

Setelah melewati beberapa masa pengembangan dari berbagai ahli, defibrilator menemui masa keemasannya sejak ditemukan versi portable yang dikenal sebagai Automated External Defibrilator atau AED Defibrilator pada tahun 1950'an.1 Sejak saat itu, dunia mengenal bahwa terdapat dua jenis defibrilator, yaitu manual defibrilator dan AED Defibrilator.

Perbedaan Manual Defibrilator dan AED Defibrilator

Ada 2 jenis defibrilator yang masing-masing memiliki fungsi serta keunggulannya sendiri. Pertama adalah manual defibrilator. Manual defibrilator adalah alat yang dirancang untuk profesional medis seperti EMT, paramedis, dokter, dan lainnya untuk digunakan. Manual defibrilator memberikan pengguna kemampuan untuk menentukan masalah jantung dan mengobatinya dengan tepat.2

Beberapa manual defibrilator mungkin memiliki kemampuan yang tidak dimiliki AED defibrilator, seperti pacing (menghantarkan denyut nadi untuk merangsang kontraksi jantung) dan cardioversion (mengubah takikardia atau aritmia menjadi detak jantung normal). Manual defibrilator umumnya memiliki tiga mode operasi dasar: kardioversi tersinkronisasi, defibrilasi eksternal, dan defibrilasi internal. Beberapa defibrillator diintegrasikan ke dalam mesin yang memungkinkan pemantauan SpO2 (kadar oksigen dalam darah), ETCO2 (konsentrasi karbon dioksida yang dihembuskan pada akhir napas), dan NIBP (tekanan darah).3 Secara garis besar, manual defibrilator memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mencegah pasien yang akan mengalami henti jantung atau cardiac arrest.

Jenis defibrilator yang kedua adalah AED defibrilator atau yang dulu dikenal sebagai portable defibrilator. AED defibrilator adalah perangkat elektronik portabel yang dirancang secara otomatis dapat mendiagnosa aritmia jantung yang mengancam jiwa dari fibrilasi ventrikel (VF) dan takikardia ventrikel (VT) tanpa nadi. Alat ini mampu mengobati masalah jantung melalui tindakan defibrilasi, penerapan listrik yang menghentikan aritmia, memungkinkan jantung untuk membangun kembali ritme yang efektif.4 Defibrilasi adalah sebuah cara yang tepat untuk mengembalikan normalitas jantung.5

Versi portabel dari defibrilator ini ditemukan oleh Frank Pantridge di Belfast, Irlandia Utara pada pertengahan 1960-an. Produk defibrilator otomatis ini pertama diproduksi oleh perusahaan resusitasi jantung pada akhir 1970-an. Unit ini diluncurkan dengan nama Heart-Aid.

Cara Penggunaan AED Defibrilator

Penggunaan AED defibrilator bisa dilakukan oleh masyarakat umum di ruang publik. Namun sebelum itu, masyarakat juga perlu tahu hal-hal mendasar terkait cara penggunaan produk ini sebelum mengunakannya.

Sebagai pengetahuan dasar, AED bersifat "otomatis" karena kemampuan unit untuk menganalisis kondisi pasien secara mandiri. Untuk membantu ini, sebagian besar unit telah di desain untuk dapat mengucapkan perintah. Beberapa produk AED juga memiliki tampilan visual untuk memberi instruksi kepada pengguna. Sedangkan kata "Eksternal" mengacu pada fakta bahwa operator menerapkan bantalan elektroda ke dada korban (berlawanan dengan defibrillator internal, yang elektrodanya ditanamkan melalui pembedahan di dalam tubuh pasien).

Saat dihidupkan atau dibuka, AED akan menginstruksikan pengguna untuk menghubungkan elektroda (bantalan) ke pasien. Setelah bantalan terpasang, setiap orang harus menghindari menyentuh pasien untuk menghindari pembacaan yang salah oleh unit. Bantalan memungkinkan AED untuk memeriksa keluaran listrik dari jantung dan menentukan apakah pasien berada dalam ritme yang dapat diberi kejut (fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel). Jika perangkat menentukan bahwa kejutan diperlukan, ia akan menggunakan baterai untuk mengisi kapasitor internal sebagai persiapan untuk memberikan kejutan. Sistem perangkat tidak hanya lebih aman - hanya mengisi daya saat diperlukan, tetapi juga memungkinkan pengiriman arus listrik lebih cepat.

Saat diisi daya, perangkat menginstruksikan pengguna untuk memastikan tidak ada yang menyentuh pasien dan kemudian menekan tombol untuk memberikan kejutan. Campur tangan manusia biasanya diperlukan untuk memberikan kejutan kepada pasien untuk menghindari kemungkinan cedera yang tidak disengaja pada orang lain. Contoh kasusnya jika ada responden atau pengamat yang menyentuh pasien saat kejutan. Setelah kejutan diberikan, sebagian besar perangkat akan menganalisis pasien dan menginstruksikan CPR untuk dilakukan, atau bersiap untuk memberikan kejutan lain.

Pada beberapa model unit AED memiliki fitur 'memori kejadian' yang menyimpan EKG pasien bersama dengan rincian waktu unit diaktifkan dan jumlah serta kekuatan kejutan yang diberikan.6 Beberapa unit juga memiliki kemampuan merekam suara untuk memantau tindakan yang diambil oleh personel untuk memastikan apakah ini berdampak pada hasil kelangsungan hidup. Semua data yang direkam ini dapat diunduh ke komputer atau dicetak sehingga organisasi penyedia atau badan yang bertanggung jawab dapat melihat efektivitas CPR dan defibrilasi. Beberapa unit AED bahkan memberikan umpan balik tentang kualitas kompresi yang diberikan oleh penyelamat.

Keunggulan AED Defibrilator

Tidak seperti manual defibrilator, AED defibrilator hanya perlu sedikit pelatihan atau bahkan tidak memerlukan pelatihan untuk dapat menggunakannya. Hal itu bisa terjadi karena perangkat unit AED defibrilator sudah dilengkapi dengan bantuan suara maupun visual. Pengguna hanya tinggal mengikuti instruksi yang diberikan oleh unit AED defibrilator yang digunakan.

Studi observasional telah menunjukkan bahwa orang awam yang hanya melalui pelatihan singkat, dapat meningkatkan kemungkinan hidup seseorang yang terkena henti jantung atau cardiac arrest di luar rumah sakit (Out of Hospital Cardiac Arrest - OHCA) hingga 40%.7 Hal ini menunjukkan betapa pentingnya AED untuk menolong nyawa seseorang, namun tidak sulit untuk digunakan.

Mengenal Frank Pantridge, The “Father" of Modern AED

The "Father" of modern AED, Profesor James Francis "Frank" Pantridge, CBE, MC, MD, (1916 – 2004) adalah seorang dokter dan ahli jantung dari Irlandia Utara yang mengubah pengobatan darurat dan layanan paramedis dengan penemuan defibrilator portabel. Sebelum membuat jejaknya di bidang kardiologi, Profesor Pantridge adalah seorang prajurit yang dianugerahi penghargaan Salib Militer untuk perannya dalam membela Singapura dari pasukan Jepang pada tahun 1940.

Pada 1960-an, Prof Pantridge telah beralih ke kedokteran dan mengembangkan defibrilator portabel pertamanya. Model pertamanya dioperasikan dari baterai mobil dan varian ini digunakan di seluruh dunia. Dia melanjutkan untuk menginstal defibrillator portabel pertamanya di ambulans. Saat diwawancarai BBC Radio Ulster pada tahun 1988, Prof Pantridge mengatakan dia tidak menciptakan perangkat untuk keuntungan pribadi atau prestise tetapi hanya untuk menyelamatkan nyawa.8

Pada akhirnya, saat seseorang terkena henti jantung atau cardiac arrest, tindakan defibrilasi perlu dilakukan sebagai bentuk pertolongan pertama. Baik itu menggunakan manual defibrilator ataupun AED defibrilator.

Sumber:

1 https://www.communityheartbeat.org.uk/defibrillators-brief-history

2 https://www.defibtech.com/news/latest/differences-between-defibrillators/

3 https://www.cprseattle.com/blog/acls-topic-manual-vs.-automated-defibrillators

4 Kerber, Richard E; Becker, Lance B; Bourland, Joseph D; Cummins, Richard O; Hallstrom, Alfred P; Michos, Mary B; Nichol, Graham; Ornato, Joseph P; Thies, William H; White, Roger D; Zuckerman, Bram D (March 18, 1997). "Automatic External Defibrillators for Public Access Defibrillation". Circulation. American Heart Association.

5 Ahmad H. Adie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam: (Harrison's Principles of Internal Medicine.

"ZOLL® AED Plus® Package w/Voice Recording". AED Superstore. Retrieved 2016-05-12.

7 Bækgaard, Josefine S.; Viereck, Søren; Møller, Thea Palsgaard; Ersbøl. "The Effects of Public Access Defibrillation on Survival After Out-of-Hospital Cardiac Arrest: A Systematic Review of Observational Studies". 

8 https://www.bbc.com/news/uk-northern-ireland-35160465

Contact Us

PT. Kurnia Teknologi Indonesia Jl. Griya Agung No.47-48, RT.2/RW.20, Sunter Agung, Tj. Priok, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14350, Indonesia
info@kurniateknologi.com
021 658 38222

Search