AED di Tempat Kerja
Henti jantung mendadak adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat, menurut American Heart Association (AHA). Dan sekitar 10.000 kejadian henti jantung terjadi saat korban sedang bekerja, menurut data Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Amerika Serikat.
Mengapa AED di Tempat Kerja Penting?
Menempatkan defibrillator eksternal otomatis (AED) di tempat kerja, menyediakan sistem penanganan kegawatdaruratan medis di tempat kerja yang tepat dan pelatihan bagi karyawan tentang cara menggunakan perangkat, dapat meningkatkan kesempatan hidup bagi korban henti jantung yang terjadi di kantor.
Dari kematian henti jantung mendadak yang terjadi setiap tahun, perkiraan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 kematian yang terjadi di Amerika Serikat lebih dari 95 persen korban meninggal sebelum sampai di rumah sakit.
Namun, para peneliti mencatat bahwa ketika CPR atau RJP diberikan dalam lima hingga tujuh menit, termasuk perawatan dini dengan AED, tingkat kelangsungan hidup dapat meningkat secara drastis.
Menggunakan defibrillator atau AED pada seseorang yang mengalami serangan jantung meningkatkan tingkat kelangsungan hidupnya hingga 60 persen, menurut OSHA. “Untuk setiap menit yang berlalu tanpa CPR atau defibrilasi, kemungkinan kelangsungan hidup korban henti jantung menurun hingga 10 persen,” menurut hasil penelitian OSHA.
“Intinya adalah bahwa AED cocok digunakan di tempat kerja,” menurut Larry Starr, direktur studi pascasarjana dalam dinamika organisasi di University of Pennsylvania. Penelitian Starr terutama menyangkut karakteristik sistemik yang terkait dengan perencanaan dan respons terhadap keadaan darurat medis, khususnya yang melibatkan orang nonmedis di tempat kerja.
Menurut Larry Star juga “Tempat kerja adalah tempat yang ideal karena sebagian besar memiliki pola pikir yang mencakup sumber daya manusia, manajemen risiko dan pelatihan, serta ada kebijakan dan ekspektasi akuntabilitas,” katanya.
“Data menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup serangan jantung mendadak bisa lebih tinggi di tempat kerja daripada di lokasi lain, termasuk institusi medis, ketika tempat kerja menjadikan topik ini bagian dari proses dan budaya mereka.”
Jantung yang mengalami fibrilasi tidak akan memungkinkan sirkulasi yang memadai bahkan jika CPR dilakukan dengan sempurna, menurut AHA (America Heart Association). Perawatan yang tepat untuk henti jantung adalah defibrilasi dini untuk menyetrum jantung secara elektrik agar kembali ke ritme normal sehingga dapat mengedarkan darah secara efektif.
Setelah bantalan defibrilasi dipasang ke dada korban, AED menganalisis irama jantung dan meminta penyelamat untuk memberikan kejut hanya jika diperlukan. Jika ada pernapasan atau detak jantung, AED tidak akan memerintahkan penolong atau penyelamat untuk melakukan Shock atau setruman.
Menggunakan perintah suara elektronik, AED generasi terbaru mengikuti tiga langkah. Mereka menilai pasien secara elektronik dan menentukan apakah denyut nadi yang dirasakan adalah karena jantung telah berhenti atau iramanya tidak teratur. Sensor yang ada di AED akan memberikan kejutan defibrilasi hanya jika diperlukan.